Minggu, 31 Januari 2010

"curhat"

Sering kita dengar siswa berkata: " ....jangan sampai dipanggil guru BK...atau ....awas ada guru BK....atau...awas ketahuan oleh guru BK! " Mengapa para siswa berkata demikian? Ada apa dengan guru BK? Apa yang salah dengan guru BK? Tentunya pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu perenungan dan jawaban dari kita sebagai guru BK (guru pembimbing) atau yang sekarang
populer dengan sebutan konselor. Apa penyebab pertanyaan-pertanyaan itu muncul?
Mari kita renungkan dan atau "putar ulang" apa yang telah kita lakukan selama ini. Sebaiknya
sebagai seorang pembimbing kita bisa menjadi guru(digugu lan ditiru,dicontoh dan ditiru),bisa sebagai orang tua(yang selalu mengayomi,melindungi,membantu) mungkin juga bisa menjadi teman atau sahabat(tempat curhat) bagi para siswa tersebut. Tetapi tanpa kita sadari seringkali
kita memberikan contoh yang kurang sesuai dengan nama yang kita sandang(guru pembimbing),
misalkan kita menganjurkan siswa untuk rapi berpakaian tapi kita sendiri berpakaian "klombrot"(kurang rapi), kita berjanji kepada siswa(klien) untuk tidak menceritakan permasalahannya kepada orang lain tapi kita malah(mungkin lupa) menceritakan permasalahan
siswa tersebut kepada semua orang, atau bahkan terkadang ada guru BK yang sering memberikan "hukuman" kepada siswa sehingga siswa tersebut menganggap guru pembimbing adalah seorang "polisi sekolah"(mungkin karena dianggap suka memberikan sangsi) sehingga akhirnya siswa terkadang tidak mau terbuka untuk menceritakan masalahnya atau bahkan baru mendengar kata "guru BK" saja sudah merasa takut atau malas! Lalu apa yang harus kita lakukan dengan "persepsi" seperti ini? Mari kita ubah imej kita sebagai guru BK (sebagai polisi
sekolah,tidak bisa menyimpan rahasia atau persepsi lainnya), kalau tidak dari diri kita sendiri lalu dari siapa?

2 komentar:

  1. pepatah mengatakan "GURU" digugu dan ditiru

    BalasHapus
  2. TRIMS ATAS KOMENTNYA..YA DIPERSORI AJA KL ADA YG SLH..

    BalasHapus